LEGIWON

Berhenti Jadi Fotokopi Berjalan

IB. Wikanda Permana Utama Januari 29, 2025 6:56 pm Kontemplasi Berhenti Jadi Fotokopi Berjalan Pernah nggak, kamu merasa jadi manusia paling pinter sedunia hanya karena habis baca buku? Rasanya kayak habis menang lotre kehidupan. Aku juga begitu. Satu buku selesai, langsung merasa kayak Einstein yang terlahir kembali, lengkap dengan rambut acak-acakan dan kecintaan pada gravitasi. Tapi tunggu dulu, buku itu ternyata ada di rak semua orang. Persis. Seolah-olah hidup kita sudah jadi katalog perpustakaan umum yang diputar ulang. Aku masih ingat waktu baca buku best-seller yang katanya “akan mengubah hidupmu selamanya!” Judulnya nggak usah disebut, takut jadi trending lagi gara-gara aku. Intinya, buku itu penuh mantra motivasi seperti, “Bangun pagi! Dunia milik orang-orang yang bangun lebih awal!” Aku yang waktu itu langganan bangun siang sambil sarapan martabak langsung ngerasa tersindir. “Ini dia! Aku harus berubah!” pikirku. Malamnya, aku set alarm jam empat pagi. Begitu alarm berbunyi, aku lompat dari kasur seperti kesurupan ayam jago. Bikin kopi, buka laptop, dan… ketiduran di depan layar. Jam lima pagi aku bangun lagi, leher miring kayak habis yoga level dewa, sambil mikir, “Kenapa hidupku malah makin rusak?” Di sinilah aku teringat kutipan Haruki Murakami: “Jika kamu hanya membaca buku-buku yang dibaca orang lain, kamu hanya berpikir seperti orang lain berpikir.” Sadis, tapi lebih pedas dari sambal matah. Saat itu aku sadar, aku bukan cuma baca buku itu, tapi juga rela menyewakan otakku untuk disetir orang lain. Aku lupa bertanya, “Apa ini beneran cocok buat aku, atau cuma ikutan tren?” Lalu aku mulai merenung, kenapa sih aku selalu ikut-ikutan? Apa aku takut nggak dianggap keren? Apa aku cuma malas mencari jalanku sendiri, jadi lebih nyaman hidup dalam bayangbayang buku orang lain? Coba bayangkan, kalau hidup ini adalah taman bermain, semua orang antre main perosotan yang sama. Saking panjangnya antrean, ada yang sampai bawa tikar dan bekal nasi bungkus. Seru sih,  tapi apa nggak bosen? Kenapa nggak coba jungkat-jungkit, ayunan, atau malah bikin permainan baru yang belum pernah ada? Akhirnya, aku mulai eksperimen. Kali ini aku pilih buku yang nggak ada di list rekomendasi siapa pun. Bukunya aneh banget—teori tentang kenapa kucing lebih suka tidur di kardus daripada di tempat tidur empuk. Awalnya aku mikir, “Apa-apaan ini?” Tapi lama-lama, aku sadar otakku mulai kerja dengan cara yang beda. Aku nggak cuma menyerap, tapi juga mulai bertanya, mengkritik, dan ketawa sendiri. Mungkin itu yang dimaksud Murakami. Baca buku bukan soal ikut-ikutan, tapi soal menemukan suara pikiranmu sendiri di tengah kebisingan. Nggak semua buku harus cocok sama kamu, dan nggak semua buku yang populer itu harus jadi manual hidupmu. Dan jangan salah paham, ya. Kamu boleh banget baca buku best-seller. Tapi setelah baca, coba tanya ke dirimu: “Aku setuju nggak sama ide ini? Apa aku cuma terhipnotis karena semua orang bilang ini keren?” Kalau jawabannya cuma ikut-ikutan, ya, selamat! Otakmu sedang jadi fotokopi berwarna. Hidup ini singkat, kawan. Jangan sia-siakan untuk jadi salinan dari salinan dari salinan orang lain. Kalau kamu bisa menciptakan cara berpikirmu sendiri, siapa tahu suatu hari nanti giliran orang lain yang rebutan baca buku hasil pemikiranmu. Jadi, kamu mau terus jadi fotokopi jalanan atau mulai bikin jalan baru? Pilihan ada di tanganmu. Tapi kalau aku, udah cukup bosan jadi karbon. Lebih seru jadi grafiti liar di tembok yang nggak ada duanya. Pos SebelumnyaPos Berikutnya Leave a Reply Batalkan balasan Sudah Login sebagai adminpasar. Sunting Profil Anda. Logout? Ruas yang wajib ditandai * Message* Δ adminpasar Writer & Blogger

Dupa Pasupati

IB. Wikanda Permana Utama Januari 29, 2025 6:56 pm Kontemplasi Dupa Pasupati Kekuatan Spiritual yang Memurnikan, Menarik Rezeki, dan Melindungi Kehidupan Anda Dupa Pasupati bukan sekadar dupa biasa. Di balik setiap helainya yang terbakar, ada kekuatan yang luar biasa, kekuatan yang bisa membawa kedamaian, perlindungan, penyembuhan, dan membuka jalan bagi rezeki. Namun, untuk menciptakan dupa Pasupati yang benar-benar efektif dan memiliki kekuatan yang luar biasa, dibutuhkan proses yang sangat sakral dan penuh latihan spiritual. Proses inilah yang membuat dupa Pasupati tidak hanya sekadar benda, tetapi sebuah sarana untuk menghubungkan diri dengan energi alam semesta. Ada beberapa jenis dupa Pasupati yang dirancang untuk berbagai tujuan dalam kehidupan spiritual dan duniawi Anda. Masing-masing jenis dupa ini memiliki fungsi khusus yang sangat bergantung pada kekuatan energi yang terkandung di dalamnya. Berikut adalah beberapa jenis dupa Pasupati yang dapat Anda pilih sesuai dengan kebutuhan Anda: 1. Dupa Pasupati Pangraksa (Penjaga)Jenis dupa ini diformulasikan untuk memberikan perlindungan bagi pemakainya. Aromanya yang kuat dan berenergi tinggi membantu menjaga keseimbangan energi tubuh dan melindungi dari pengaruh negatif yang dapat mengganggu kehidupan seharihari. Gunakan dupa ini untuk menjaga diri dari energi buruk dan menjaga aura tetap kuat. 2. Dupa Pasupati Usadha (Pengobatan)Dirancang khusus untuk penyembuhan tubuh dan pikiran, Dupa Pasupati Usadha memiliki bahan-bahan yang dikenal dapat merangsang proses penyembuhan secara alami. Jika Anda merasa tertekan secara fisik atau emosional, dupa ini akan membantu menenangkan dan mengembalikan keseimbangan energi dalam tubuh. 3. Dupa Pasupati Pabersihan (Pembersihan Niskala)Jenis dupa ini digunakan untuk membersihkan energi negatif atau ketidakseimbangan dalam ruang atau diri seseorang. Pembersihan ini bersifat niskala, yang berarti tidak tampak secara fisik namun bekerja pada level energi halus. Jika Anda merasa ada gangguan energi yang menghalangi jalan hidup Anda, Dupa Pasupati Pabersihan akan membantu memurnikan lingkungan dan diri Anda. 4. Dupa Pasupati Pangarad Srisdhana (Penarik Rezeki)Dupa ini dirancang untuk menarik energi positif yang dapat membuka jalan rezeki dan peluang dalam hidup Anda. Jika Anda merasa buntu dalam usaha atau karir, dupa ini adalah pilihan yang tepat untuk membantu membuka pintu kemakmuran dan menarik aliran energi baik yang membawa kelimpahan dalam hidup. 5. Dupa Pasupati PengacepanJenis dupa ini digunakan untuk memperoleh kedamaian batin dan mencapai keselarasan dengan energi spiritual yang lebih tinggi. Cocok digunakan saat meditasi atau dalam upacara yang melibatkan permohonan kepada Tuhan. Dupa ini membantu membuka pintu komunikasi dengan Ista Dewata, memberi pencerahan dan kekuatan spiritual. Proses Pembuatan Dupa Pasupati: Metode Wisesa dan WaranugrahaMembuat Dupa Pasupati bukanlah perkara mudah. Proses pembuatan dupa ini melibatkan dua metode utama yang sangat sakral dan membutuhkan tingkat spiritualitas yang sangat tinggi: metode pengisian dan metode Waranugraha. Metode Pengisian (Wisesa)Dalam metode pengisian, semua bergantung pada Sumber Energi Pasupati—seberapa besar energi Pasupati yang sudah tersimpan dalam tubuh pemasupati yang kemudian dialirkan ke dalam dupa. Setiap dupa Pasupati yang diproduksi memiliki energi yang sangat tergantung pada kemampuan si pemasupati dalam mengalirkan energi ini. Ini membutuhkan latihan yang sangat lama dan konstan dalam mengembangkan Tenaga Dalam dan keselarasan dengan energi alamsemesta. Seperti air yang mengalir melalui pipa, energi Pasupati yang dimasukkan ke dalam dupa mengalir untuk memberikan kekuatan luar biasa. Proses ini bisa sangat memakan waktu dan membutuhkan kesabaran yang tinggi, karena energi yang dimasukkan harus seimbang dan murni, agar dupa tersebut memiliki efek yang maksimal. Metode WaranugrahaDalam Itihasa Mahabharata, diceritakan bagaimana Arjuna dengan penuh penyerahan diri melalui Tapa (penyerahan diri secara total) kepada Dewa Siwa, yang kemudian memberikan Pasupati Astra melalui Waranugraha. Proses ini sangat bergantung pada niat yang tulus dankesungguhan hati. Pasupati, melalui Waranugraha, dimohon langsung kepada Sang Maha Sumber Energi, yang memberikan energi tak terbatas kepada pemasupati dan hasilnya mengalir ke dalam dupa. Ini layaknya memasang pipa yang menghubungkan langsung ke sumber air terjun yang melimpah. Begitu juga dengan metode Waranugraha—energi yang diperoleh sangat besar dan murni, tetapi bergantung sepenuhnya pada niat dan keselarasan si pemasupati dengan Brahman, Sang Maha Sumber Energi. Secara Teknis: Perubahan Energi dari Air Terjun Menjadi ListrikSecara teknis, perubahan energi yang terdapat pada air terjun menjadi listrik adalah melalui alat yang disebut Turbin. Besar kecilnya daya (kekuatan listrik) yang dihasilkan bergantung pada besar kecilnya aliran air terjun dan kapasitas turbin. Begitu juga dengan Dupa Pasupati—besar kecilnya efek dan kekuatan yang dihasilkan sangat bergantung pada kapasitas dan keselarasan pemasupati dengan energi Pasupati. Inilah mengapa pembuatan Dupa Pasupati membutuhkan tingkat keterampilan yang sangat tinggi, serta pemahaman yang mendalam mengenai energi spiritual dan teknik-teknik sakral yang tidak dapat dilakukan sembarangan. Kesulitan dalam Pembuatan Dupa PasupatiMembuat Dupa Pasupati yang benar-benar efektif dan kuat bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan banyak latihan spiritual, pemahaman yang mendalam tentang energi, serta keselarasan dengan alam semesta. Ini adalah suatu proses yang sangat sakral, dan hanya mereka yang benar-benar berdedikasi dan berlatih dengan tekun yang bisa mencapainya. Oleh karena itu, Anda bisa merasakan betapa besar dan istimewanya kekuatan yang terdapat dalam Dupa Pasupati—sebuah produk yang tidak hanya lahir dari bahan-bahan alami, tetapi juga dari energi yang sangat murni, penuh kesakralan, dan dibutuhkan keahlian yang luar biasa dalam pembuatannya. Mendapatkan Kedamaian dan Kekuatan dalam Hidup Anda dengan Dupa PasupatiDengan begitu banyak manfaat spiritual yang dapat Anda peroleh, tidak ada alasan untuk tidak menggabungkan Dupa Pasupati dalam hidup Anda. Rasakan bagaimana setiap jenis dupa membawa kedamaian, kesehatan, perlindungan, dan kemakmuran dalam hidup Anda. Ingat, proses untuk membuat dupa Pasupati ini sangatlah sulit, dan membutuhkan tingkat dedikasi dan kesungguhan yang tinggi. Oleh karena itu, menggunakan Dupa Pasupati yang telah diproses dengan penuh kesakralan adalah cara untuk membawa keseimbangan dan energi positif dalam hidup Anda. Sudah waktunya untuk membiarkan Dupa Pasupati menjadi bagian dari kehidupan Anda. Jangan biarkan kesempatan ini berlalu begitu saja, mari manfaatkan kekuatan spiritual yang luar biasa ini untuk kehidupan yang lebih baik dan penuh kedamaian Pos SebelumnyaPos Berikutnya Leave a Reply Batalkan balasan Sudah Login sebagai adminpasar. Sunting Profil Anda. Logout? Ruas yang wajib ditandai * Message* Δ adminpasar Writer & Blogger

KEAGUNGAN PERAN WANITA: INSPIRASI DARI REG WEDA

IB. Wikanda Permana Utama Januari 29, 2025 6:57 pm Kontemplasi Keagungan Peran Perempuan Dalam kehidupan berumah tangga, peran seorang wanita sangat istimewa dan tak tergantikan. Sebagai seorang istri, ia tidak hanya menjadi pasangan hidup bagi suaminya tetapi juga menjadi pusat dari keharmonisan rumah tangga. Wanita adalah jiwa dari sebuah rumah—pemelihara kasih sayang, pencipta kenyamanan, sekaligus pengarah moralitas bagi keluarga. Dalam tradisi Hindu, keistimewaan dan keagungan peran wanita ini diabadikan dalam Reg Weda X.85.46;A, sebuah syair suci yang memberikan rahmat dan penghormatan kepada pengantin wanita:Samrājñī avasur bhavaSamrājñī śvaśṛtām bhavaNanāndari samrājñī bhavaSamrājñī adhi devṛṣuYang artinya:“Jadilah ratu bagi mertua laki-lakimu,ratu bagi mertua perempuanmu,ratu bagi ipar-iparmu perempuan,dan ratu bagi ipar-ipar laki-lakimu.” Syair ini menggambarkan wanita sebagai sosok pemersatu yang membawa keharmonisan dalam keluarga besar. Sebagai seorang ratu, wanita diharapkan mampu menciptakan rasa hormat, cinta, dan kebersamaan di antara semua anggota keluarga, baik dari pihaknya maupun pihak suami. Makna Mendalam: Wanita Sebagai Ratu 1. Ratu Bagi MertuaMenikah berarti menyatukan dua keluarga. Dalam perannya sebagai seorang istri, wanita diharapkan mampu membangun hubungan yang harmonis dengan mertuanya. Cinta, penghormatan, dan pengabdian kepada mertua mencerminkan nilai bhakti (pengabdian) yang menjadi inti dari ajaran Hindu. Dengan menjalankan peran ini, seorang istri tidak hanya mempererat hubungan kekeluargaan tetapi juga menjadi contoh teladan bagi generasi berikutnya. 2. Ratu Bagi IparSebagai ratu, seorang wanita diharapkan dapat menjadi inspirasi dan sumber kedamaian bagi ipar-iparnya. Hal ini mencakup kemampuan untuk menciptakan rasa persaudaraan yang tulus, menjaga hubungan yang hangat, dan mendorong solidaritas dalam keluarga besar. Peran ini mengajarkan pentingnya nilai samāgama (persatuan) dan karuṇā (kasih sayang) dalam hubungan antarmanusia. 3. Pemberian Rahmat Bagi Pengantin WanitaSyair ini adalah doa dan harapan terbaik bagi seorang wanita yang memulai babak baru dalam hidupnya. Ia diharapkan menjadi figur pemimpin yang bijaksana dan dihormati, yang mampu membawa kebahagiaan, kesejahteraan, dan keberkahan bagi rumah tangganya. Ini bukan hanya sebuah tanggung jawab tetapi juga sebuah kehormatan besar yang dianugerahkan kepadanya. Wanita Sebagai Pusat Keharmonisan KeluargaKeharmonisan rumah tangga tidak semata-mata bergantung pada keberadaan materi, tetapi lebih pada kekuatan cinta, pengertian, dan pengorbanan. Wanita sebagai ratu rumah adalah sosok yang mampu menciptakan lingkungan penuh cinta, mendidik anak-anak dengan nilai-nilai luhur, dan menjaga hubungan keluarga yang erat. Ia adalah penggerak spiritual yang membawa rumah tangga menuju keberkahan dan kebahagiaan sejati. Dalam budaya modern, meskipun wanita kini sering memiliki peran ganda sebagai istri dan pekerja, esensi dari makna “ratu rumah” tetap relevan. Menjadi ratu tidak berarti menempatkan diri di atas orang lain, tetapi menjadi pusat yang menyatukan, memimpin dengan cinta, dan menginspirasi seluruh anggota keluarga. Pelajaran dari Syair Reg WedaSyair ini mengajarkan kita bahwa seorang wanita memiliki peran yang sangat vital dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Ia adalah penjaga nilai-nilai luhur yang membawa keseimbangan antara tanggung jawab dan kasih sayang. Peran ini tidak hanya berdampak pada kebahagiaan keluarganya sendiri tetapi juga pada kesejahteraan masyarakat secara lebih luas. Refleksi untuk Masa KiniDi tengah tantangan kehidupan modern, peran wanita sebagai ratu rumah tetap menjadi landasan utama dalam membangun keluarga yang kokoh dan harmonis. Mari kita renungkan pesan indah dari syair ini: bahwa menjadi ratu tidak hanya tentang menguasai tetapi juga tentang mengayomi, mencintai, dan menciptakan kedamaian. Sebagai penutup, mari kita apresiasi keistimewaan wanita dalam kehidupan kita. Sebagai ibu, istri, atau anak perempuan, mereka adalah kekuatan tak terlihat yang menjaga keseimbangan dunia. Dengan menjalankan perannya sebagai “ratu,” seorang wanita mampu membawa keluarga menuju kebahagiaan, keberkahan, dan kedamaian yang abadi. Dengan menjalankan perannya sebagai “ratu,” seorang wanita mampu membawa keluargamenuju kebahagiaan, keberkahan, dan kedamaian yang abadi. Pos SebelumnyaPos Berikutnya Leave a Reply Batalkan balasan Sudah Login sebagai adminpasar. Sunting Profil Anda. Logout? Ruas yang wajib ditandai * Message* Δ adminpasar Writer & Blogger

Ketika Jantung Memilih untuk Santai

IB. Wikanda Permana Utama Januari 29, 2025 7:25 pm Kontemplasi Ketika Jantung Memilih untuk Santai Pernah nggak sih kalian tiba-tiba merasa jantung berdetak pelan banget, seperti dia lagi ambil cuti tanpa izin? Rasanya campur aduk, antara penasaran, khawatir, dan sedikit ingin jadi detektif kesehatan. Tapi, tunggu dulu. Jangan buru-buru buka aplikasi kesehatan di ponsel atau googling dengan kata kunci “jantung pelan artinya apa”. Bisa-bisa kalian malah terjebak di artikel horor medis! Jadi gini, ketika jantung melambat, ini sebenarnya kondisi yang disebut bradikardia. Ibaratnya, kalau biasanya jantung itu supir bus malam yang kebut-kebutan demi tepat waktu, kali ini dia berubah jadi tukang becak yang santai narik di taman kota. Apa ini berarti bahaya? Belum tentu. Kadang ini malah tanda kalau tubuh kalian lagi masuk mode zen, alias super relaks. Nah, salah satu momen di mana fenomena ini bisa terjadi adalah saat meditasi. Iya, meditasi! Aktivitas yang katanya bikin hidup jadi lebih tenang dan hati lebih damai itu ternyata juga punya efek langsung ke jantung kita. Waktu meditasi, tubuh kita seperti dapat memo dari bos besar:“Hei, nggak usah buru-buru, kita lagi liburan.” Sistem saraf parasimpatis, si pengatur mode tenang, langsung ambil alih. Detak jantung melambat, tekanan darah turun, dan tiba-tiba dunia terasa lebih lambat seperti di film slow-motion. Yang menarik, melambatnya detak jantung ini nggak cuma soal rileksasi. Ini juga karena tubuh secara otomatis menghemat energi. Seolah-olah organ-organ tubuh bilang ke jantung, “Bro, tenang aja. Kita nggak perlu banyak oksigen sekarang.” Dan jantung pun menyesuaikan, dengan ritme yang lebih santai. Tapi yang bikin heboh adalah cerita tentang para praktisi meditasi tingkat lanjut. Mereka bisa bikin detak jantung mereka hampir nggak terdeteksi. Serius, alat medis sampai kebingungan. “Ini orang masih hidup atau udah pindah dimensi?” ternyata masih hidup, kok! Mereka cuma masuk ke mode hemat daya tingkat dewa. Bayangin tubuh mereka seperti smartphone yang baterainya tinggal 1%, tapi masih bisa bertahan seharian karena semua aplikasi ditutup. Fenomena ini memang luar biasa, tapi jangan langsung berpikir kalian bisa ikutan. Latihan untuk mencapai kondisi seperti itu butuh waktu bertahun-tahun, nggak cukup cuma duduk bersila setengah jam sambil berharap jadi Zen Master. Jadi, kalau suatu hari kalian merasa detak jantung melambat, nggak usah panik dulu. Bisa jadi itu cuma tubuh kalian yang lagi istirahat sejenak. Tapi kalau ada gejala aneh seperti pusing, lemas, atau tiba-tiba pengen rebahan sepanjang hari, jangan ragu buat konsultasi ke dokter. Siapa tahu, jantung kalian cuma butuh sedikit bantuan buat kembali ke jalur yang benar. Dan ingat, melambatnya detak jantung nggak selalu berarti ada masalah. Kadang, itu cuma cara tubuh bilang, “Santai, nggak usah terlalu serius menjalani hidup.” Nah, gimana? Jantung kalian sekarang masih santai, atau udah mulai berdetak lebih cepat karena baca ini? Pos SebelumnyaPos Berikutnya Leave a Reply Batalkan balasan Sudah Login sebagai adminpasar. Sunting Profil Anda. Logout? Ruas yang wajib ditandai * Message* Δ adminpasar Writer & Blogger

Pengantin Wanita Pembawa Keberuntungan dalam Tradisi Weda

IB. Wikanda Permana Utama Januari 29, 2025 6:57 pm Kontemplasi Pengantin Wanita Pernikahan adalah momen sakral yang membawa harapan dan kebahagiaan tidak hanya bagi kedua mempelai, tetapi juga bagi keluarga besar mereka. Dalam tradisi Hindu, pengantin wanita dipandang sebagai simbol keberuntungan. Hal ini diabadikan dalam syair Reg Weda berikut: Sumangalor iyam vadhurImam semesta pasyataSaubhagyam asyai dattvaya‘thastam vi paretana Artinya:“Yang membawa keberuntungan adalah pengantin wanita,Hai engkau sekalian datanglah melihatnya;Doakan agar ia bahagia,Sesudah itu pulanglah.” Betapa indahnya pesan ini, bukan? Seorang pengantin wanita tidak hanya dianggap sebagai pendamping hidup suaminya, tetapi juga pembawa berkah bagi seluruh keluarga besar. Keberuntungan dan Kebahagiaan: Doa untuk Pengantin Wanita Syair ini mengandung pesan yang sangat sederhana, tetapi bermakna mendalam. Ketika kita melihat seorang pengantin wanita, kita diajak untuk menyadari keberuntungan yang ia bawa. Lebih dari itu, kita diingatkan untuk mendoakan kebahagiaannya, karena kebahagiaannya adalah cerminan keberuntungan bagi semua orang di sekitarnya. Doa seperti ini menjadi simbol cinta kasih dan penghormatan yang mendalam terhadap peran wanita dalam kehidupan rumah tangga dan masyarakat. Tidak hanya sebagai istri, tetapi juga sebagai pembawa keharmonisan dan kedamaian dalam keluarga besar. “Yang membawa keberuntungan adalah pengantin wanita,Hai engkau sekalian datanglah melihatnya;Doakan agar ia bahagia,Sesudah itu pulanglah.” Pos SebelumnyaPos Berikutnya Leave a Reply Batalkan balasan Sudah Login sebagai adminpasar. Sunting Profil Anda. Logout? Ruas yang wajib ditandai * Message* Δ adminpasar Writer & Blogger

Stres, Cemas, dan Marah Kisah Tragis Tubuh yang Tertindas

IB. Wikanda Permana Utama Januari 29, 2025 6:58 pm Kontemplasi Stres, Cemas, dan Marah Kisah Tragis Tubuh yang Tertindas Halo, kamu yang lagi baca tulisan ini sambil duduk santai, rebahan, atau mungkin pura-pura sibuk di depan layar komputer biar bos nggak curiga. Aku nggak tahu kamu siapa, tapi satu hal yang pasti: tubuhmu, seperti tubuhku, adalah korban. Ya, korban dari stres, cemas, dan marah. Mereka bertiga ini seperti trio antagonis di sinetron panjang kehidupan kita. Dan, percaya atau tidak, tubuh kita adalah pemeran utamanya yang nggak pernah minta ikut audisi. Bayangin, tubuh kita ini tadinya damai, ibarat desa kecil yang tenteram. Organ-organ bekerja sama dengan harmonis: otak jadi kepala desa, jantung jadi pemimpin proyek vital, paru-paru yang santai seperti tukang ojek ngopi di pangkalan, dan sistem pencernaan yang sibuk tapi tetap bahagia seperti penjual bakso di pasar malam. Lalu, datanglah stres, si penebar drama. Ketika stres mulai masuk, tubuh langsung panik. Otak, yang tadinya sibuk memikirkan hal produktif seperti “Apa ya makan malam nanti?” tiba-tiba berubah jadi alarm darurat. “Aktifkan mode siaga! Tingkatkan hormon kortisol dan adrenalin!” Akibatnya? Jantungmu mulai berpaculebih cepat, seolah-olah kamu lagi ikut lomba lari tanpa garis finish. Otot-ototmu tegang seperti kabel listrik yang lupa digulung, dan napasmu mulai pendek-pendek, kayak habis dikejar utang. Tapi ini baru episode pertama, Sob. Masih ada cemas, si sahabat setia stres yang suka banget ngasih spoiler buruk tentang masa depan. Cemas itu seperti asisten sutradara yang tugasnya memastikan semua orang panik. Otakmu, yang tadinya tenang, mulai kerja terlalu keras. Kamu mulai memikirkan hal-hal absurd seperti, “Gimana kalau besok aku lupa bawa masker?” atau “Apa aku salah ngomong tadi? Dia bakal benci aku nggak ya?” Dan pertanyaan konyol itu terus berputar sampai tubuhmu nggak tahu lagi mana masalah nyata dan mana imajinasi. Efeknya? Napasmu jadi kayak kipas angin rusak: pendek dan cepat, sementara jari-jari tanganmu gemetar seolah-olah mereka protes, “Bro, tenang dong. Kita cuma ngetik email, bukan menulis deklarasi perang!” Dan tentu saja, nggak ada drama tanpa si marah. Kalau stres itu pemicu, dan cemas itu pengacau, marah adalah bom waktu. Dia datang dengan segala efek spesialnya: muka merah seperti habis makan cabai rawit, suara naik dua oktaf, dan tangan gemetar kayak mau lempar barang. Tubuhmu, yang sudah kelelahan, langsung masuk mode fight or flight. Tapi masalahnya, kamu nggak bisa lari dari kenyataan bahwa… kamu cuma kesal karena ada yang motong antrean di parkiran. Tubuh kita, yang sebenarnya dirancang untuk bertahan dari ancaman serius seperti singa lapar, sekarang dipaksa menghadapinya karena password WiFi salah. Sistem kardiovaskularmu, yang harusnya sibuk mendukung hidup, malah sibuk mengatasi tekanan darah yang naik turun kayak harga cabai di pasar. Sistem pencernaanmu, yang tadinya tenang-tenang aja, sekarang protes karena produksi asam lambungnya melebihi kuota. Dan jangan lupa, imunmu juga jadi korban, membuat tubuh gampang sakit gara-gara trio drama ini nggak mau pergi. Puncaknya? Gangguan tidur. Malam yang harusnya jadi waktu istirahat malah berubah jadi sesi merenung tanpa akhir. Kamu berbaring di tempat tidur, siap-siap memejamkan mata, tapi stres berbisik, “Eh, kamu tadi salah ngomong ke bos, kan?” Lalu cemas menyela, “Gimana kalau besok ban motor bocor?” Akhirnya, marah ikut nimbrung, “Kenapa aku nggak jawab balik pas dia nyolot tadi?!” Malam itu, tubuhmu, yang sudah lelah, hanya bisa pasrah menghadapi parade pikiran tak berguna. Tubuh kita, kalau boleh ngomong, mungkin sudah lama protes. Tapi sayangnya, dia nggak punya mulut untuk bilang, “Cukup sudah!!!” Jadi, apa solusinya? Aku bukan dukun atau motivator, tapi aku tahu satu hal: tubuhmu butuh istirahat, bukan tambahan drama. Mulailah dari yang sederhana. Tarik napas panjang, buang perlahan, dan kalau trio stres, cemas, dan marah datang lagi, katakan pada mereka, “Hei, ini tubuhku, bukan ruang rapat kalian!!!” Hidup memang nggak selalu mudah, tapi tubuh kita nggak seharusnya jadi korban utama. Jadi, ayo belajar untuk santai sedikit. Kalau ada masalah, hadapi dengan kepala dingin (dan segelas teh hangat kalau perlu). Karena pada akhirnya, hidup ini bukan tentang menghindari badai, tapi tentang belajar menari di tengah hujan… tanpa bikin tubuh kita tambah lelah. Sekarang, kalau tulisan ini membuatmu sedikit tertawa atau berpikir, itu artinya aku berhasil. Tapi kalau bikin kamu tambah stres… ya, maaf. Aku juga masih belajar berdamai dengan trio ini. Tetap semangat, ya!!! Pos SebelumnyaPos Berikutnya Leave a Reply Batalkan balasan Sudah Login sebagai adminpasar. Sunting Profil Anda. Logout? Ruas yang wajib ditandai * Message* Δ adminpasar Writer & Blogger

10 Langkah Jadi Pelaku Spiritual yang Kekinian

IB. Wikanda Permana Utama Januari 29, 2025 6:55 pm Kontemplasi 10 Langkah Jadi Pelaku Spiritual yang Kekinian Halo, pembaca tersayang! Apakah Anda pernah terpikir untuk menjadi pelaku spiritual? Profesi ini makin populer, lho. Selain dianggap sakral, ternyata juga bisa ‘menguntungkan’, apalagi kalau tahu trik-triknya. Yuk, kita bahas 10 langkah sederhana untuk menjadi pelaku spiritual kekinian, tanpa perlu niskala terlalu mendalam! 1. Pakaian Adalah SegalanyaLangkah pertama: wardrobe Anda harus menunjukkan bahwa Anda punya hubungan langsung dengan para leluhur. Pakai baju adat, kain poleng, atau setidaknya ikat kepala dengan motif klasik. Jangan lupa tambahkan gelang yang melilit pergelangan tangan seperti ular penjaga. Saran tambahan: kalau bisa, pilih baju dengan warna putih atau hitam agar terkesan lebih pritual atau magis. 2. Sediakan “Kitab Suci”Pelaku spiritual zaman sekarang perlu punya buku tebal yang terlihat kuno. Isinya? Bebas. Bisa Kitab Warisan Leluhur asli, atau kalau nggak punya, fotokopi Kitab pun jadi. Yang penting, ketika Anda buka-buka di depan orang, wajah harus serius seolah-olah sedang membaca pesan dari Tuhan atau dari leluhur langsung. Efek tambahan: tambahkan mantra singkat setiap lima menit agar suasananya makin sakral. 3. Miliki Altar yang InstagramableAltar spiritual Anda harus estetik. Gabungkan patung-patung dengan bunga atau suguhan ritual yang tersusun rapi. Jangan lupa, tambahkan dupa berasap tebal agar terlihat mistis. Kalau bisa, pilih dupa dengan aroma yang mengundang rasa penasaran, seperti “Gaharu dari Dimensi Lain”.Pro tip: foto altar ini dengan angle dramatis dan posting di Instagram dengan caption, “Menyatukan diri dengan alam semesta.” 4. Jago Bicara dalam Dua Bahasa: Daerah dan UniversalAnda harus pintar memainkan kata-kata. Kadang-kadang gunakan bahasa Daerah kuno agar terlihat lebih otentik, meskipun hanya Anda sendiri yang tahu artinya. Lalu, terjemahkan dengan bahasa universal yang penuh makna, seperti: “Hidup itu seperti gelombang laut, kadang tinggi, kadang rendah.” Tips tambahan: Latih nada suara Anda agar terdengar seperti dalang yang sedang membangun klimaks cerita. 5. Ritual Khusus untuk Semua PermintaanSebagai pelaku spiritual, Anda harus punya solusi untuk semua masalah. Dari masalah cinta, keuangan, hingga pembersihan energi negatif. Ritual Anda harus unik, seperti “Pancuran Sakti”, di mana klien diajak mandi di pancuran sambil memegang bunga tujuh rupa. Oh, dan jangan lupa, biarkan klien membawa pulang botol kecil berisi air yang katanya ‘diisi energi ilahi’. 6. Jadi Penyedia Solusi Multi-PaketPaket-paket spiritual Anda harus bervariasi. Misalnya:Paket Hemat: Membersihkan aura.Paket Premium: Mendapatkan jodoh dalam 40 hari.Paket Ultra: “Bebas dari Karma Leluhur” (garansi tidak ada).Paket Super Kuantum: “Ruatan Masal”Promosi ini bisa disebar lewat grup WhatsApp keluarga atau Facebook komunitas. 7. Rajin Live Streaming atau Bikin Video KontenEra digital memanggil Anda! Setiap ritual atau meditasi harus diabadikan dalam bentuk video. Pastikan kamera menangkap asap dupa, suara musik lembut, dan Anda yang duduk bersila penuh kharisma. Jangan lupa tambahkan tagar: #SpiritualJourney #SakralDanModern. 8. Bicara Tentang Leluhur, tapi Jangan Terlalu DetailSebutan “leluhur” adalah kunci. Selalu masukkan mereka dalam narasi Anda, tapi hindari memberikan penjelasan terlalu rinci. Misalnya: “Saya mendapat pesan dari leluhur malam ini, katanya, kita harus hidup seimbang.” Orang-orang akan kagum, meskipun pesan itu mungkin sebenarnya adalah pengingat dari notifikasi HP Anda. 9. Beri Nama Unik pada Ritual atau ProdukNama ritual atau produk Anda harus catchy dan terasa sakral. Misalnya:“Ritual Segara Amerta” (padahal cuma meditasi di pantai).“Minyak Aura Laksmi” (campuran minyak kelapa dan bunga kamboja).“Garpu Tuning Sukma” (garpu biasa yang diketuk di atas piring).Yang penting, orang percaya ini membawa vibrasi positif. 10. Jangan Lupa, Introspeksi Itu Penting (Tapi Jangan Lama-Lama)Terakhir, meskipun Anda sibuk dengan jadwal ritual dan klien, luangkan waktu sejenak untuk introspeksi. Tanyakan pada diri sendiri: “Apakah saya melakukan ini demi kebaikan, atau demi konten?” Jika jawabannya demi keduanya, ya sudah, lanjutkan saja Tuhan maha tahu niat Anda. Menjadi pelaku spiritual kekinian memang butuh usaha, tapi jangan lupa, yang penting adalahketulusan hati. Karena pada akhirnya, leluhur tidak menilai dari jumlah pengikut di media sosial,melainkan dari keikhlasan dalam menjalankan peran. Jadi, siap menjadi spiritualis modern?Jangan lupa, dupa Anda sudah habis tuh!!! Pos SebelumnyaPos Berikutnya Leave a Reply Batalkan balasan Sudah Login sebagai adminpasar. Sunting Profil Anda. Logout? Ruas yang wajib ditandai * Message* Δ adminpasar Writer & Blogger

Dari Halaman Rumah Hingga Perang Dunia

IB. Wikanda Permana Utama Januari 29, 2025 6:56 pm Kontemplasi Dari Halaman Rumah Hingga Perang Dunia Hujan turun perlahan pagi itu, seperti irama lembut yang menenangkan hati. Aku duduk di beranda rumah, menatap rintik-rintik air yang jatuh dan menggenang di halaman. Di tanganku, secangkir kopi hitam hangat mengepul dan sebatang rokok merk tingwe (linting dewe) aromanya menusuk hidung, mengingatkan pada pelukan hangat yang jarang aku terima dari hidup ini. Di kejauhan, suara gemericik air dari selokan kecil melengkapi simfoni pagi. Sempurna, sampai aku membuka berita di ponsel. Perang lagi. Konflik lagi. Semua karena tanah suci. Aku tertawa kecil, bukan karena lucu, tapi karena absurd. “Kalau semua tempat di dunia ini dianggap suci, kenapa kita tidak mulai dari tanah tempat kita berdiri sekarang?” gumam ku sambil menyeruput kopi. Sedikit kepahitan terasa, baik dari kopi maupun kenyataan yang baru aku baca. Tanah suci. Sebuah istilah yang belakangan ini seolah menjadi alasan universal untuk bertengkar. Ironis, bukan? Manusia bertempur habis-habisan untuk sesuatu yang katanya suci, padahal mungkin mereka bahkan lupa cara menyucikan diri mereka sendiri. Aku membayangkankalau saja semua energi yang dihabiskan untuk berebut tanah itu dipakai untuk menanam pohon di halaman rumah masing-masing, mungkin dunia ini sudah jadi taman Eden. Tanah kelahiran kita sebenarnya adalah tanah suci yang paling dekat dengan hati. Coba pikirkan, di mana lagi kita bisa menemukan tempat yang menyimpan jejak kaki pertama kita? Di mana suara tawa masa kecil kita menggema? Di mana rasa sakit akibat terjatuh saat belajar bersepeda pertama kali diubur dengan pelukan hangat ibu? Semua itu tersimpan di sana, dalam tanah yang diam-diam menyerap semua cerita kita tanpa pernah mengeluh. Namun, entah kenapa, banyak dari kita lupa akan kesakralan itu. Mungkin karena tanah kelahiran kita tidak diberi label khusus, tidak dihiasi dengan simbol-simbol megah, atau tidak jadi trending topic di media sosial. Padahal, kalau dipikir-pikir, tanah di depan rumah kita ituadalah saksi bisu perjalanan hidup kita. Ia tidak meminta dipuja, hanya ingin dijaga. Aku pernah mendengar seseorang berkata, “Kita ini terlalu sibuk mencari jauh-jauh, padahal yang kita cari sering kali sudah ada di depan mata.” Barangkali itulah masalah manusia modern. Kita mengidolakan sesuatu yang jauh, sesuatu yang kelihatan sulit dijangkau, lalu melupakan hal-hal sederhana yang ada di sekitar kita. Tanah kelahiran, contohnya. Kalau tanah itu bisa bicara, mungkin dia akan bertanya, “Kenapa kau cari tanah lain? Bukankah aku yang memelukmu pertama kali?” Pertanyaan itu menusuk seperti hujan yang menembus kulit. Rasanya dingin, tapi menyadarkan. Aku membayangkan kalau semua orang di dunia ini mulai melihat tanah kelahirannya sebagai tanah suci, mungkin tidak akan ada perang lagi. Tidak ada yang perlu direbut karena setiap orang sudah sibuk menjaga tanahnya sendiri. Hujan pagi itu terus turun, menyapu debu-debu yang menempel di jalanan. Kopiku hampir habis yang di dahului oleh rokokku, dan pikiran ini masih berputar-putar. Mungkin, dunia memang butuh lebih banyak hujan, bukan senjata. Lebih banyak tangan yang mencangkul tanah, bukan tangan yang melempar bom. Tanah suci bukanlah tempat yang harus diperjuangkan dengan darah dan air mata. Ia adalah tempat yang kita rawat dengan cinta dan doa, tempat di mana kita bisa berdiri dengan damai, sambil menatap langit tanpa rasa takut. Aku menatap halaman rumah yang mulai hijau karena siraman air hujan. “Ya, ini tanah suciku,” gumamku. Bukan karena ada sesuatu yang ajaib di sini, tapi karena di sinilah Aku belajar menjadi manusia. Tanah kelahiran itu sakral, karena ia menyimpan semua yang kita butuhkan untuk mengenang, belajar, dan melangkah ke depan. Hujan mulai reda, meninggalkan bau tanah yang khas. Aku berdiri, membawa cangkir kopi yang kini kosong, lalu tersenyum kecil. “Semua orang mencari surga, tapi lupa kalau surga itu bisa dimulai dari halaman rumah sendiri.” “Semua orang mencari surga, tapi lupa kalau surga itu bisadimulai dari halaman rumah sendiri.” Pos SebelumnyaPos Berikutnya Leave a Reply Batalkan balasan Sudah Login sebagai adminpasar. Sunting Profil Anda. Logout? Ruas yang wajib ditandai * Message* Δ adminpasar Writer & Blogger

Nyuh Bali

IB. Wikanda Permana Utama Desember 12, 2024 9:00 am Budaya Nyuh Bali 1. Nyuh bulan (kelapa bulan);ciri kulit buah yang muda sampai setengah tua berwarna kuning keputihan; dilokasikan di timur, sesuai dengan warnanya putih (petak) 2. Nyuh udang (kelapa udang);ciri kulit buah berwarna hijau tetapi di pangkal tapuk buahnya ada warna merah di sekeliling tapuk buah; ciri itu hanya tampak pada buah yang muda (kelungah sampai kuwud); di lokasikan di selatan, karena warna kulit tapuknya merah(bang/barak).3. Nyuh gading (kelapa kuning);ciri kulit buahnya yang muda sampai dengan setengah tua berwarna kuning; di lokasikan di barat, simbul warna kuning4. Nyuh gadang (kelapa hijau);ciri kulit buahnya dari muda sampai setengah tua berwarna hijau; dilokasikan di utara, sebagai simbul warna hitam/gelap5. Nyuh sudamala (kelapa sudamala);cirinya dalam tangkai bunga selalu ada bentukan berupa jengger ayam yang kering. Dalam setangkai bunga kelapa baik sudah dengan buahnya ataupun belum menjadi buah akan dapat banyak bentukan-bentukan itu. Hali ini dapat dilihat dari bawah; dilokalisasikan di tengah-tengah6. Nyuh bojog (kelapa kera);cirinya sabut kelapa ini sangat halus serat-seratnya, sehingga tidak dapat dicari urat sabutnya. Seluruh sabutnya (terutama yang masih basah) berwarna abu-abu; dilokasikan di timur laut, karena warna sabut kelapa agak abu-abu (klawu). 7. Nyuh surya (kelapa matahari).Ciri kulit buah kelapa yang muda sampai setengah tua berwarna merah kekuningan. di barat daya sebagai simbul warna jingga8. Nyuh rangda (kelapa rangda);cirinya seluruh daun kelapa ini menutupi pohonnya, sehingga bagaikan rambut rangda, terutama daun dan pelepahnya yang kering banyak bergelantungan di sekitar batangnya, sehingga sulit untuk menaiki pohonnya. Hal itu mudah dilihat dari jauh; di tenggara sebagai simbul warna ros (dadu)9. Nyuh bejulit (kelapa ikan julit);cirinya daun kelapa ini setiap pelepahnya bersatu pada ujung daunnya (gempel). Hal itu sangat mudah dilihat dari jauh; dilokasikan di barat laut sebagai simbul warna kulitnya hijau (gadang)10. Nyuh bongol (kelapa tuli);cirinya buah kelapa walaupun sudah tua tidak pernah akan kedengaran suara air di dalam buah. Nyuh bongol setiap butirnya lebih berat ukurannya dibandingkan dengan kelapa lainnya. Seperti kelapa lainnya bila sudah setengah tua sampai tua, bila dikocok-kocok kedengarannya ada suaraair; tetapi tidak demikian pada kelapa tuli (nyuh bongol);11. Nyuh mulung,dimana tebal daging kelapanya sangat tipis, dan beratnya lebih ringan dari biasanya; 12. Nyuh arum (kelapa harum);cirinya kelapa muda (kuwud) kalau dibuka kulitnya sudah mulai berbau harum; sampai kepada airnya terasa dan berbau harum. Pos SebelumnyaPos Berikutnya Leave a Reply Batalkan balasan Sudah Login sebagai adminpasar. Sunting Profil Anda. Logout? Ruas yang wajib ditandai * Message* Δ adminpasar Writer & Blogger

Benang Tridatu Simbol Pengorbanan dan Peningkatan Kesadaran Diri

IB. Wikanda Permana Utama Desember 11, 2024 12:00 pm Budaya Benang Tridatu Simbol Pengorbanan dan Peningkatan Kesadaran Diri Benang Tridatu, yang sering kita lihat melingkar di pergelangan tangan, memiliki makna spiritual yang mendalam dalam tradisi Bali dan budaya Hindu Nusantara. Benang ini terdiri dari tiga benang suci yang terjalin erat, dan setiap warnanya memiliki arti simbolis yang mendalam. Namun, lebih dari sekadar aksesori, benang tridatu juga menggambarkan hubungan spiritual yang lebih besar, baik dalam diri individu maupun alam semesta. Simbol Jalinan Nadi dalam Tubuh Manusia Benang Tridatu tidak hanya sekadar simbol fisik, tetapi juga melambangkan jalinan ketiga nadi utama dalam tubuh manusia, yaitu Ida, Pingala, dan Sushumna. Ketiga nadi ini adalah saluran energi yang mengalirkan prana (energi vital) dan menjadi pusat pengaliran energi. Ketiga nadi ini merupakan saluran energi yang menghubungkan tubuh fisik dengan energi spiritual yang lebih tinggi. Ida mewakili energi feminin dan dingin, yang terhubung dengan sisi emosional dan instingtual dalam diri manusia. Pingala mewakili energi maskulin dan panas, yang terhubung dengan kekuatan fisik, logika, dan aktivitas. Sushumna adalah saluran utama yang berada di sepanjang tulang belakang dan membawa energi spiritual yang lebih tinggi, yang dikenal dengan istilah kundalini. Melalui ketiga nadi inilah prana (energi kehidupan) mengalir, yang dalam praktik spiritual berfungsi untuk menghidupkan kesadaran dan membawa manusia menuju pencapaian spiritual yang lebih tinggi. Benang Tridatu, dengan jalinan ketiga warnanya, adalah simbol penghubung antara ketiga nadi ini. Dengan mengenakan benang tridatu, seseorang diyakini dapat menstimulasi atau menyelaraskan aliran energi dalam tubuhnya, memperkuat koneksi antara tubuh, pikiran, dan jiwa, serta mempercepat proses pencapaian kesadaran yang lebih tinggi. Melalui ketiga nadi inilah energi Kundalini mengalir, dan inilah sebabnya benang tridatu dipandang sebagai simbol yang menghubungkan tubuh fisik dengan energi spiritual yang mengalir dalam diri setiap individu. Ketika benang ini dipakai dengan penuh penghayatan, ia menjadi pengingat bagi pemakainya untuk mengendalikan energi, meningkatkan kesadaran diri, dan mencapai kedamaian batin. Arathidatu – Minyak Perawatan Logam “Arathi Datu – Minyak Perawatan Serbaguna untuk Keris, Pusaka, Batu Permata, dan Amulet” Arathi Datu Rp30.000 Buy Jataayu Raksha Dengan perhitungan kuno Bali (Balingkang) di abad ke 7, amulet JataAyu dari Legiwon ini penuh Rp70.000 Buy Jataayu Amulet Rti Dengan perhitungan kuno Bali (Balingkang) di abad ke 7, Amulet JataAyu dari Legiwon bermakna spiritual. Rp60.000 Buy Jataayu Amulet Swita Dengan perhitungan kuno Bali (Balingkang) di abad ke 7, amulet JataAyu dari Legiwon ini penuh Rp65.000 Buy Benang Pengorbanan: Yajna PavitaBenang Tridatu juga dikenal sebagai Yajna Pavita atau “Benang Pengorbanan.” Pengorbanan yang dimaksud di sini bukanlah pengorbanan fisik, melainkan lebih pada pengorbanan ego dan keinginan yang mengikat diri kita pada materialisme dan hal-hal yang bersifat sementara. Dengan mengenakan benang tridatu, seseorang diingatkan untuk melepaskan keterikatan pada dunia luar dan lebih fokus pada pencapaian spiritual yang lebih tinggi. Proses pengorbanan yang dimaksud dalam konteks benang tridatu adalah pengorbanan terhadap egoisme, kebanggaan, dan segala bentuk keterikatan yang dapat menghalangi perkembangan jiwa. Manusia diingatkan untuk melepaskan hal-hal tersebut agar bisa lebih mendekatkan diri kepada yang lebih tinggi dan murni. Hal ini mencerminkan filosofi yang mendalam bahwa hidup ini bukan tentang mempertahankan diri atau memenuhi keinginan pribadi, tetapi tentang memberikan diri kepada alam semesta untuk melayani hal yang lebih besar. Dalam tradisi Bali, pemakaian benang tridatu biasanya dilakukan di pergelangan tangan. Untuk kepala keluarga, disarankan untuk memakai dua benang tridatu, sementara anggota keluarga lainnya cukup memakai satu. Keberadaan benang ini diyakini memberikan perlindungan spiritual dan kekuatan kepada pemakainya. Namun, karena kekuatan benang tridatu dianggap tidak bertahan lama, dianjurkan untuk menggantinya setiap 4 bulan sekali agar kekuatannya tetap optimal. Mantra untuk Memasang Benang TridatuAgar benang tridatu dapat berfungsi dengan baik sebagai pelindung spiritual, saat pemasangannya sebaiknya dibacakan mantra berikut:Jajnopavita ikang mantraParabrahma Ṛṣi, Tristubh chandahParamātma DewatāUpavita dharane viniyogahOng, Yajnopavitra nirmala an nirmala ing kabehPrajapati tan sahaja kawitanAyusa utama kang pinaka amerta suciYajnopavitra maweh bala lan cahya.Artinya:“Ini adalah mantra untuk Yajnopavita (benang suci).Rsi yang menyusun adalah Parabrahma, dengan metrum Tristubh Dewata yang dipuja adalah Paramatma (Roh Tertinggi).Mantra ini digunakan untuk mengenakan Yajnopavita (benang suci).Ong, Yajnopavita adalah murni, yang paling murni dari segalanya.Itu berasal dari Prajapati (Tuhan Pencipta) sejak awal zaman.Semoga kehidupan yang utama menjadi sumber keabadian dan kesucian.Semoga Yajnopavita memberikan kekuatan dan cahaya.”Mantra ini mengandung pengharapan agar benang tridatu memberikan perlindungan spiritual serta membawa pencerahan dan kesejahteraan bagi pemakainya. Mantra untuk Melepas Benang TridatuApabila benang tridatu sudah digunakan dalam jangka waktu tertentu dan hendak dilepas, sebaiknya dibacakan mantra berikut agar proses pelepasan dilakukan dengan penuh rasa hormat dan kesadaran spiritual:Ong, Upavitra tan usir lan suweKalamusa kang becik tan sapurnaAku salin ing toya amertaBrahma teja lan wruh tan sirna,Ayu dirgayusa pinakah pangestu.Artinya:“Benang suci yang telah usang dan tua.Yang telah ternoda oleh dosa dan tidak lagi sempurna.Aku lepaskan ke dalam air amerta.Semoga aku diberkahi cahaya Brahma dan kebijaksanaan yang abadi.Semoga aku diberkahi cahaya Brahma dan kebijaksanaan yang abadi.”Mantra ini menyimbolkan pelepasan energi yang telah digunakan dan menghormati keberadaan benang tridatu yang telah mendampingi pemakainya selama ini. Pelepasan ini juga menandakan bahwa energi telah bertransformasi dan siap untuk digantikan dengan energi baru yang lebih murni. PenutupBenang Tridatu bukan hanya sekadar aksesori, tetapi merupakan simbol spiritual yang menghubungkan tubuh, pikiran, dan jiwa. Dengan memahami makna di balik benang tridatu, kita dapat meresapi nilai-nilai pengorbanan, kesucian, dan perlindungan yang terkandung di dalamnya. Pemakaian dan pelepasannya yang penuh dengan mantra-mantra sakral menjadikannya sebagai sebuah ritual yang mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kesadaran diri dan hubungan dengan yang lebih tinggi. Dengan demikian, benang tridatu menjadi pengingat bagi kita untuk selalu menjaga keseimbangan hidup, memurnikan energi batin, dan mempersembahkan diri kepada kekuatan yang lebih besar. Pos SebelumnyaPos Berikutnya Leave a Reply Batalkan balasan Sudah Login sebagai adminpasar. Sunting Profil Anda. Logout? Ruas yang wajib ditandai * Message* Δ adminpasar Writer & Blogger